
Rektor IPB Dorong Inovasi Pangan ASEAN-Tiongkok
koranindonesia.id – Rektor IPB University, Arif Satria, menegaskan pentingnya kerja sama antara Tiongkok dan ASEAN dalam menghadapi tantangan pangan global.
Ia mengatakan, kedua pihak memiliki ketergantungan kuat terhadap sektor pertanian dan menghadapi masalah yang serupa.
Beberapa tantangan utama mencakup perubahan iklim, menurunnya jumlah petani muda, dan gangguan rantai pasok pangan.
Menurut Arif, kondisi ini menuntut adanya kerja sama yang nyata dan terarah.
Ia menilai kolaborasi berbasis inovasi mampu menjawab kebutuhan bersama sekaligus memberi manfaat bagi kedua wilayah.
“Baca Juga: Kebakaran Hebat di Penjaringan Lukai Lima Warga“
Arif menjelaskan bahwa inovasi dari Tiongkok dan peluang di ASEAN dapat menciptakan masa depan pangan yang lebih tangguh.
Melalui kerja sama di bidang sains dan teknologi, kedua pihak bisa memperkuat perdagangan serta meningkatkan ketahanan pangan.
Ia menambahkan, kolaborasi ini juga melindungi lingkungan dan membantu generasi muda memahami pentingnya keberlanjutan.
“Dengan kerja sama sains dan teknologi, kita memperkuat perdagangan sekaligus melindungi mata pencaharian petani dan lingkungan,” kata Arif pada Selasa (14/10/2025).
Ia berbicara pada ASEAN-China Cooperation and Development Conference on Food and Agriculture 2025 di Zhengzhou, Henan, Tiongkok.
Acara tersebut diselenggarakan oleh ASEAN-China Center dan dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Tiongkok.
Dalam pidatonya, Arif memaparkan visi bersama antara ASEAN dan Tiongkok untuk memperkuat inovasi teknologi pertanian dan pangan.
Ia menyebut kerja sama kedua wilayah sudah memiliki dasar kuat melalui ASEAN Plan of Action on Science, Technology, and Innovation (APASTI).
Selain itu, KTT ASEAN-Tiongkok dan Tahun Ketahanan Pangan ASEAN-Tiongkok juga mendukung tujuan bersama ini.
Arif menilai momentum ini perlu diperkuat dengan riset bersama dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Ia juga menekankan pentingnya membangun jaringan riset dan pengembangan inovasi yang lebih luas di kawasan Asia Tenggara.
Arif mendorong penguatan riset bersama yang melibatkan ilmuwan muda dan lembaga riset lintas negara.
Ia mengajak negara-negara ASEAN untuk membangun inkubator inovasi regional yang mempercepat hasil riset menjadi produk industri.
Selain itu, ia menekankan pentingnya membuka kebijakan berbagi teknologi secara terbuka antarnegara.
“Kolaborasi ini bukan hanya berbagi teknologi, tetapi juga membangun kapasitas dan rasa saling percaya di kawasan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kerja sama lintas sektor akan memperkuat ketahanan pangan dan inovasi regional.
Arif mengakui kemajuan teknologi pertanian di Tiongkok berkembang sangat pesat.
Negara itu berhasil memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memperkuat efisiensi dan produktivitas pertanian.
Ia menyebut universitas dan lembaga riset di Tiongkok berperan besar dalam mendorong inovasi dan melahirkan talenta baru.
Menurut Arif, riset kolaboratif dan kemitraan lintas sektor membentuk ekosistem inovasi yang tangguh.
Ia menegaskan bahwa universitas di Indonesia juga aktif memperluas jejaring pendidikan di tingkat ASEAN, Asia, dan global.
Arif menyoroti peran penting IPB University dalam berbagai konsorsium internasional.
IPB berpartisipasi aktif dalam UC–SEARCA Consortium dan bekerja sama dengan Asia Hub Consortium.
Selain itu, IPB juga memimpin Dewan Pengurus The Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP).
Secara bilateral, IPB telah menjalin kemitraan dengan beberapa universitas terkemuka di Tiongkok.
Kemitraan ini berfokus pada pertukaran akademik, penelitian bersama, dan program mobilitas mahasiswa.
Arif menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut memperkuat posisi IPB sebagai motor penggerak inovasi pertanian di Asia.
Ia berharap kerja sama ini dapat mempercepat transformasi pertanian menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
“Baca Juga: Isi Lengkap Perjanjian Damai Israel-Hamas di Gaza“