
Rusia Tanggapi Rencana Uji Coba Nuklir Donald Trump
koranindonesia.id – Rusia masih menunggu klarifikasi resmi dari Amerika Serikat tentang pernyataan Presiden Donald Trump terkait dimulainya kembali uji coba nuklir. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyampaikan hal itu pada Selasa (4/11/2025) seperti dilaporkan kantor berita TASS.
Peskov mengatakan bahwa Rusia ingin memastikan maksud dari pernyataan Trump sebelum mengambil sikap. Ia menegaskan bahwa hingga kini, baik Rusia maupun China belum melakukan uji coba senjata nuklir.
“Baca Juga: Empat Bos Gula Divonis 4 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi“
“Kami masih menunggu penjelasan dari Amerika. Rusia dan China belum memulai uji coba nuklir,” kata Peskov kepada televisi RT dalam pernyataan yang dikutip TASS.
Donald Trump memerintahkan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir di Amerika Serikat pada akhir Oktober 2025. Ia menyebut bahwa AS tidak boleh tertinggal dari Rusia dan China dalam pengembangan kekuatan militernya.
Namun, Peskov menilai pernyataan itu belum jelas dan perlu dijelaskan lebih lanjut. “Kami belum bisa memastikan maksud sebenarnya dari pernyataan Presiden AS,” ujarnya.
Peskov menegaskan bahwa Rusia dan China masih berkomitmen pada perjanjian internasional yang melarang uji coba senjata nuklir. Ia menolak anggapan bahwa kedua negara telah melakukan pelanggaran atau aktivitas serupa.
Menurut laporan Reuters pada Rabu (5/11/2025), Peskov mengatakan Moskow tidak mengetahui adanya uji coba nuklir yang dilakukan negara lain. Ia menambahkan bahwa Rusia selalu bertindak sesuai dengan perjanjian global yang berlaku.
Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali menegaskan bahwa Rusia akan mengambil langkah serupa jika negara lain memulai kembali uji coba nuklir. Ia menyatakan Rusia siap melindungi kepentingan nasionalnya jika keseimbangan global terganggu.
Rusia belum pernah menguji senjata nuklir sejak era Uni Soviet. Uni Soviet terakhir kali menggelar uji coba pada 1990. Amerika Serikat melakukan uji coba terakhir pada 1992, sedangkan China melakukannya pada 1996.
Trump kembali menegaskan pada Jumat lalu bahwa AS akan melanjutkan program uji coba nuklir. Namun, ia tidak menjawab langsung ketika ditanya apakah uji coba itu mencakup ledakan bawah tanah seperti era Perang Dingin.
Menteri Energi AS, Chris Wright, memberikan penjelasan tambahan pada Minggu. Ia mengatakan bahwa uji coba yang diperintahkan Trump tidak akan melibatkan ledakan nuklir, melainkan uji coba sistem senjata.
Menurut Wright, pengujian tersebut akan memeriksa seluruh komponen senjata nuklir tanpa meledakkannya. Ia menegaskan bahwa uji coba ini bertujuan memastikan semua sistem bekerja dengan benar.
“Pengujian ini akan melibatkan semua bagian senjata nuklir untuk memastikan fungsinya,” jelas Wright.
Rusia kini menunggu penjelasan resmi dari Amerika Serikat sebelum memberikan tanggapan lebih lanjut. Situasi ini memperlihatkan meningkatnya ketegangan antara dua negara besar di bidang militer. Dunia internasional berharap kedua pihak tetap mematuhi perjanjian global dan menghindari eskalasi yang dapat membahayakan stabilitas keamanan global.
“Baca Juga: David Beckham Resmi Raih Gelar Bangsawan dari Raja Charles“