Komandan Garda Revolusi Iran Muncul, Bukan Tewas
koranindonesia.id – Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Esmail Qaani, muncul di Teheran dan membantah kabar dirinya tewas. Kantor Berita Tasnim membagikan video yang menunjukkan Jenderal Qaani berada di tengah kerumunan warga dalam sebuah acara publik.
“Baca Juga: Iran Tegas Tolak Gencatan Senjata, Klaim Belum Ada Proposal AS“
Video tersebut dirilis pada Rabu (25/6/2026) dan menjadi bukti kuat bahwa Qaani masih hidup. Dalam video tersebut, ia hadir dalam unjuk rasa kemenangan di ibu kota Iran. “Panglima Qaani menghadiri pertemuan hari ini dengan warga Teheran setelah Operasi Kemenangan Ilahi,” tulis Kantor Berita Tasnim melalui platform X.
Stasiun televisi Iran yang didanai negara, Press TV, juga mempublikasikan video tersebut. Mereka menyebut bahwa Qaani disambut hangat oleh kerumunan massa yang bersuka cita. Acara itu digelar sebagai bentuk perayaan atas klaim kemenangan Iran atas Israel dalam konflik yang berlangsung selama 12 hari.
“Brigadir Jenderal Esmail Qaani, Komandan Pasukan Quds IRGC, diterima dengan hangat oleh kerumunan yang gembira di Teheran selama perayaan kemenangan atas rezim Zionis,” ungkap Press TV.
Sebelumnya, media Amerika Serikat, New York Times, melaporkan bahwa Qaani menjadi salah satu pemimpin militer Iran yang tewas dalam serangan Israel. Laporan itu beredar luas dan memicu spekulasi besar tentang kondisi internal militer Iran. Namun, kemunculan Qaani membantah seluruh tuduhan tersebut.
Qaani menggantikan posisi Qassem Soleimani yang terbunuh pada 2020 dalam serangan drone Amerika di Baghdad. Sejak saat itu, ia menjadi tokoh penting dalam kebijakan militer luar negeri Iran, terutama dalam konflik Timur Tengah.
“Baca Juga: Israel Tewaskan 870 Warga Gaza saat Perang 12 Hari“
Konflik antara Iran dan Israel memuncak sejak 13 Juni 2026. Israel melancarkan serangan udara ke berbagai wilayah Iran, termasuk fasilitas militer dan lokasi nuklir. Israel menuduh Iran tengah memproduksi bom nuklir, namun Iran membantah keras tuduhan tersebut.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal dan drone ke beberapa kota di Israel. Amerika Serikat turut terlibat dengan membombardir tiga lokasi penting yang diklaim sebagai fasilitas nuklir Iran.
Setelah pertempuran udara selama 12 hari, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan gencatan senjata pada malam hari. Kesepakatan tersebut mengakhiri pertempuran intens yang telah menewaskan ratusan warga sipil dan mengganggu stabilitas regional.