Bentrokan Bersenjata Pecah di Tripoli, WNI Diminta Waspada
koranindonesia.id – Pertempuran sengit antar kelompok bersenjata meletus di Tripoli, ibu kota Libya, sejak Senin, 12 Mei 2025. Bentrokan itu berlangsung selama dua malam berturut-turut hingga Rabu, 14 Mei 2025. Saksi mata menyebut pertempuran ini sebagai yang paling sengit dalam beberapa tahun terakhir.
“Baca Juga: 4 Hero Mobile Legends Paling Ganas untuk First Blood“
Pertikaian terjadi setelah pembunuhan seorang pemimpin milisi utama bernama Abdulghani Kikli atau Ghaniwa. Ia tewas pada Senin, 12 Mei 2025, dalam sebuah insiden yang memicu ketegangan antarfaksi di Tripoli.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya (UNSMIL) menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan. UNSMIL mendesak semua pihak segera melakukan gencatan senjata demi melindungi warga sipil. Pertempuran terjadi di wilayah padat penduduk, sehingga dikhawatirkan menimbulkan korban lebih banyak.
Pertempuran ini memperkuat posisi Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah dari Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang bersekutu dengan Turki. Ia memerintahkan pembubaran kelompok bersenjata yang dianggap tidak teratur.
Dua faksi pendukung Dbeibah, yakni Brigade 444 dan Brigade 111, berhasil merebut wilayah milisi Aparat Pendukung Stabilisasi (SSA) yang sebelumnya dikuasai Ghaniwa. Saat ini, faksi besar yang belum sepenuhnya bersekutu dengan Dbeibah adalah Pasukan Pencegahan Khusus (Rada).
Langkah ini menunjukkan upaya Dbeibah untuk mengonsolidasikan kekuasaan di Tripoli yang selama ini terbagi di antara banyak kelompok.
Libya mengalami kekacauan politik sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011. Sejak saat itu, negara ini terbelah antara faksi timur dan barat. Kawasan timur dikendalikan oleh Khalifa Haftar dan Tentara Nasional Libya (LNA), sedangkan kawasan barat termasuk Tripoli dikuasai oleh berbagai kelompok bersenjata.
Gencatan senjata sempat tercapai pada 2020, namun konflik antar milisi masih sering terjadi. Kondisi keamanan yang tidak stabil terus mengancam keselamatan warga dan warga asing yang tinggal di Libya.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyatakan bahwa tidak ada WNI yang menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Judha Nugraha, mengatakan bahwa KBRI Tripoli telah melakukan komunikasi dengan para WNI.
“Seluruh WNI dalam keadaan aman dan tenang. Tidak ada laporan korban,” ujar Judha melalui pesan singkat pada Selasa, 13 Mei 2025.
Data Kemlu RI menunjukkan bahwa terdapat 535 WNI yang tinggal di Libya, dengan 302 orang berada di Tripoli. Sebagian besar WNI bekerja sebagai pekerja migran, baik di sektor domestik maupun profesional. Selain itu, ada pula mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat.
Kemlu RI dan KBRI Tripoli mengimbau seluruh WNI agar meningkatkan kewaspadaan dan terus memantau situasi keamanan. Bagi WNI yang berencana bepergian ke Libya, pemerintah menyarankan agar menunda perjalanan hingga kondisi kembali stabil.
“Baca Juga: 4 Pelaku Curanmor di Tanjung Priok Berhasil Ditangkap“
KBRI akan terus memberikan informasi terkini dan siap membantu WNI jika terjadi keadaan darurat. Pemerintah juga berupaya menjaga keselamatan seluruh WNI di wilayah konflik.